Senin, 20 Februari 2012

Resensi Impian Sejuta Dollar

Judul    Buku    :  Impian Sejuta Dollar
Pengarang        :  Alberthiene Endah
Penerbit           :  Gramedia Pustaka Utama
Terbit              :  Jakarta, September 2011
Tebal               :  388 halaman
Genre              :  Non Fiksi/Biografi
Harga              :  Rp 63.000,00

Bukan Impian Biasa
Oleh  : Ariani Safitri
    
     Apa yang melintas dalam pikiranmu saat membaca judul buku Impian Sejuta Dollar?  Ah ..., impian yang terlalu besar.  Mana mungkin terjadi?  Bagaimana caranya?  Emang ada ya yang bisa?  Semua pikiran itu bisa jadi melintas di benak kamu, tapi ini memang bukan impian biasa.  Mimpi seorang gadis bernama Merry yang ingin mencapai kebebasan finansial sebelum usianya 30 tahun.  Bisakah? Semua pertanyaan yang melintas tadi akan terjawab saat membaca buku yang ditulis Alberthiene Endah, atau biasa disebut AE ini.   
 

    Dengan bahasa yang mengalir AE mengisahkan perjuangan Merry dalam menghadapi kehidupan selama kuliah di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, hingga mencapai pendapatan satu juta dollar di usia 26 tahun.  Singapura?  Berarti anak orang kaya dong .... Sama sekali tidak.  Merry terpaksa harus dikirim kuliah ke Singapura, karena keadaan Indonesia yang kacau saat kerusuhan 1998.  Keadaan saat itu membuat warga keturunan Cina merasa tidak aman.  Orangtua Merry khawatir akan kelangsungan kuliah putrinya. Dengan pinjaman sebesar 300 juta dari Development Bank of Singapura,  terpaksa Merry berangkat ke Singapura.  Pinjaman itu harus dibayarnya setelah lulus kuliah. 
    Kuliah bermodalkan uang pinjaman,  dibayangi utang 300 juta selama kuliah, pastinya bukan kondisi yang nyaman. Setelah dikurangi pembelian buku dan biaya lainnya, hanya tersisa 10 dollar untuk uang saku Merry selama seminggu.  Kehidupan tahun pertama Merry di NTU sangat memprihatinkan.  Dengan uang saku 10 dollar seminggu, ia hanya mampu sarapan mie instant setiap hari, makan siang roti tawar tanpa isi, dan air keran yang aman untuk diminum menjadi andalannya.  Tak hanya itu, Merry harus berjalan kaki untuk menghemat uang sakunya.  Makan nasi dengan tahu dan sayur, seharga 1 dollar di kantin merupakan makan mewah Merry saat itu.  Kondisi ini dilalui Merry tanpa memberitahu siapapun, bahkan teman sekamarnya. 
    Saat merasa lemah, dan butuh dekat dengan Tuhan, Merry bertemu dengan Alva.  Lelaki yang kelak menjadi suami Merry.  Kesamaan nasib membuat mereka menjadi dekat, dan saling menguatkan.  Kedekatan dengan Alva membuat Merry semakin tegar, dan yakin mampu mengatasi kesulitannya.  Mereka tidak hanya menjadi teman curhat, tetapi juga partner dalam bekerja dan berdiskusi tentang perubahan hidup.
    Semangat untuk mengubah nasib membuat Merry bersemangat bekerja di saat libur kuliah.  Saat mahasiswa lain menikmati masa liburnya,  Merry yang saat itu berumur 19 tahun, berkeliaran di terminal, mall, dan jalanan, untuk membagi-bagikan brosur.  Ah ... gampang itu, cuma bagikan brosur aja ....  Ternyata tak semudah yang dibayangkan. Merry kerap merasakan sakit hati saat orang menolak, menghindarinya, bahkan membuang brosur itu ke tempat sampah.  Namun, semua itu justru memberi pelajaran pertamanya yang berharga , yaitu kerja keras dan ketekunan memang akan membawa hasil.  Merry mulai merasa longgar dengan penghasilan 15 dollar sehari.
    Merry Riana yang biasa dipenuhi kasih sayang, dan kehangatan keluarga telah berubah menjadi orang yang kuat.  Merry Riana kemudian menjadi seorang gadis yang melakukan dobrakan untuk mengubah hidupnya.  Di halaman 122, Merry mengungkapkan,
 “Hikmah terbesar yang kuhirup, kerja keras, perjuangan, ketekunan, kesungguhan, ternyata bukan slogan mustahil.”
Di usianya yang ke-20, Merry menancapkan resolusi Aku harus sukses!.  Resolusinya terus berkembang.  Saat kerja magang di perusahaan besar bernama Micron, Merry pun melihat sebuah kenyataan yang menguatkan resolusinya.  Hal itu terungkap di halaman 146,
“Bagiku, bekerja habis-habisan sepanjang bulan, dan tetap harus berhemat demi gaji yang mencukupi kebutuhan hidup, bukanlah ide yang enak didengar.”
Sejak itu Merry bertekad untuk memiliki kebebasan financial sebelum usianya 30 tahun.  Dukungan Alva membuat tekad Merry semakin kuat.
    Perjalanan meraih impian itu tidak mudah.  Kegagalan demi kegagalan dialami.  Mulai dari kegagalan menjalankan bisnis penjilidan skripsi, kehilangan uang 2250 dollar, karena gagal menjadi distributor produk kesehatan, sampai kerugian 10.000 dollar dalam bisnis saham.  Apakah Merry menyerah?  Sama sekali tidak.  Kegagalan yang dialami justru dijadikannya pelontar diri.  Dengan kegagalan, Merry terdorong untuk memasang radar, dan memperbanyak informasi, agar kesalahan tidak terulang lagi.
    Membaca buku ini benar-benar membuka wawasan tentang dunia bisnis, dan wirausaha.  Pembaca diajak menyelami teori-teori motivasi bisnis Anthony Robbins, bukan dengan kata-kata hebat yang menjejali pikiran.  Membaca kehidupan Merry, seperti melihat secara nyata, bukti dari semua teori motivasi dalam buku yang ditulis para pakar bisnis.  Semangat yang membakar untuk mencapai impian, disuntikkan melalui pengalaman nyata yang menggugah dan inspiratif.  AE berhasil menuliskan semua itu dengan baik.
    Penuturan AE sangat natural.  Seperti saat Merry berhasil mewujudkan mimpinya bertemu langsung dengan Anthony Robbins.  Pergulatan emosi Merry saat itu begitu terasa, dan Ia berhasil membuktikan kekuatan sebuah impian yang disertai tekad kuat.  Saat akhirnya Merry memutuskan menjadi sales bersinergi dengan Alva pun memberikan banyak pelajaran berharga.  Uniknya, semua pelajaran itu sampai pada pembaca,  tanpa kesan menggurui.  Memulai perjalanan menjadi sales asuransi, menciptakan momentum yang tak terduga dalam kehidupan Merry.
    Apakah Merry tak pernah merasa down?  Tentu saja pernah, bahkan sering.  Merry mendapatkan kesadaran bahwa menjadi sales itu rentan down.  Dibutuhkan kekuatan mental, dan keyakinan. Tekad yang kuat membuat Merry dan Alva belajar dari setiap kesalahan.  Alva menyusun strategi, dan Merry yang menjalankan.  Banyak orang mundur di dalam tantangan yang sulit menjelang akhir “pertandingan”.  Padahal, Merry telah membuktikan teori bahwa di tahap akhir menjelang titik sukses, orang akan menghadapi tantangan yang luar biasa sulit.
    Momentum yang dialami Merry terjadi saat mendapat nasabah seorang nenek berusia 60 tahun. Dia mendepositokan dana sebesar seratus ribu dollar.  Segala kerja keras, tekad, doa, dan kasih sayang keluarganya telah memberinya satu keajaiban.  Dalam waktu tiga bulan Merry telah mencapai target penjualan.  Pencapaiannya terus bertambah, hingga akhirnya Ia berhasil melunasi utangnya. 
    Sampai tahap ini AE bertutur mengenai keberhasilan demi keberhasilan yang dicapai Merry.  Sayangnya,  penuturan mengenai keberhasilan ini terkesan terlalu cepat.  Seperti pada akhir 2003, Merry berhasil menjadi manajer.  Kemudian, di tahun 2004 Merry telah berhasil menjadi President Star Club.  Walaupun diceritakan bahwa Ia bekerja 14 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu, dan 20 kali presentasi setiap hari, semua itu tetap seperti sebuah keajaiban saja.  Tak lama setelah itu, penghasilan satu juta dollar pun tercapai di usianya ke-26 tahun.  Luar biasa bukan? 
    Di luar kesan yang ajaib itu, saat membaca buku ini,  kita seperti sedang membaca perjalanan hidup yang ditulis oleh tokohnya sendiri.  AE sangat berhasil meleburkan diri dengan Merry Riana, sehingga setiap gejolak emosi, pengalaman, hingga pandangan mata seakan menyatu dan tertutur dengan mendetil.  Nilai-nilai kehidupan, tips-tips untuk mencapai kesuksesan, semua menjadi satu kesatuan dengan jalan cerita yang menggugah.  Hal ini mampu membuat orang yang tak senang membaca buku-buku Anthony Robbins, Robert  T. Kiyosaki,  dan motivator lainnya,  jadi tertarik untuk memahami teori-teori motivasi mereka.  Bahkan, mungkin kita dapat  lebih menghargai profesi seorang sales dengan membaca buku ini.
    Berbagai kesuksesan dan penghargaan yang berhasil diraih Merry, sempat membuatnya merasakan kehampaan.  Kemudian, Merry merasa perlu mengisi hidupnya dengan berbagi kepada semua orang, khususnya kaum muda tentang kunci kesuksesannya.  Misi selanjutnya adalah bisa memberi dampak positif setidaknya pada 1 juta orang di Asia, sebelum usianya menginjak 40 tahun.  Untuk itu, Ia membagi pengalamannya melalui buku, dan aktivitas seminar.
Keberhasilan Merry Riana mengajarkan bahwa kesuksesan bisa dicapai dengan keberanian, tekad kuat, kasih sayang, dan kekuatan Iman.  Kisah dalam buku ini membuktikan bahwa keberanian bermimpi besar, dan kegigihan untuk mengejarnya, merupakan kunci suatu kesuksesan.  Berani keluar dari “kotak impian standar”, telah merubah jalan hidup seorang Merry Riana.  Impian yang dimiliki Merry bukan impian biasa, dan Ia mengeluarkan segala daya yang luar biasa untuk mewujudkannya.  Bagaimana dengan kamu?  Kamu akan merasakan semangat membakar dirimu usai membaca buku ini.  Cobalah ....

   
   
   
   






       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar